
Gerakan Literasi Sekolah (konsep, komponen, tahapan)
Deklarasi UNESCO menyebutkan bahwa literasi informasi berkaitan dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara terorganisasi dan efektif, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Berbagai kemampuan tersebut perlu dimiliki oleh setiap individu agar dapat berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.
Literasi dapat menjadi gerakan yang merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/ wali murid), akademisi, penerbit, media masa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat mempresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), serta pemangku kepentingan.
Literasi tidak hanya sekedar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berfikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini dinamakan literasi informasi.
Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdf/infolit.pdf) menjelaskan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar berliterasi selanjutnya. Adapun lebih detal tentang komponen literasi dijabarkan sebagai berikut:
Literasi Dini (early literacy (Clay, 2001)), merupakan kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berliterasi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi literasi dasar.
Literasi Dasar (Basic Literacy), merupakan kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan, mempersiapkan informasi, mengkomunikasikan, serta menggambarkan informasi berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
Literasi Perpustakaan (Library Literacy), diantaranya, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
Literasi Media (Media Literacy), merupakan kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti, media cetak, media elektronik (radio, televisi), media digital (internet), serta memahami tujuan penggunaannya.
Literasi Teknologi (Technology Literacy), merupakan kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), serta etika dan etiket dalam memnfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang didalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun didalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
Program Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan).
Berikut ini tahapan Gerakan Literasi Sekolah
- Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi peserta didik.
- Tahap ke-2: Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan (Anderson & Krathwol, 2001).
- Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran (cf. Anderson & Krathwol, 2001). Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran). Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran yang dapat berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas.
Sumber buku: Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
http://dikdas.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah1.pdf
Ditulis ulang dari Materi Pembekalan Fasilitator Nasional: Implementasi Program Pemerataan Guru Dalam Meningkatkan Literasi di Sekolah Daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal)
Tim Pengembang Nasional. 2017. Pembekalan Fasilitator Nasional: Implementasi Program Pemerataan Guru Dalam Meningkatkan Literasi di Sekolah Daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Jakarta: Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
http://ainamulyana.blogspot.com/2016/03/tahapan-pelaksanaan-gerakan-literasi.html
http://www.bukuacuanku.com/2017/05/konsep-dan-komponen-literasi.html